Pernahkah kamu menggunakan atau membeli pakaian bekas? Kalau saya sering. Ya, sejak kecil saya sering mendapat baju bekas yang masih layak pakai yang diberikan oleh sepupu-sepupu saya. Sampai sekarang pun saya masih mau-mau aja menerima baju bekas. Seringnya sih milik mamak, baju-baju jadul mamak yg enggak dipakai lagi kini jadi milik saya.
Dengan senang hati saya memakai baju bekas tersebut dan sedikitpun enggak ada tuh rasa malu memakai baju bekas. Kenapa harus malu? Baju-bajunya pun masih bagus dan sangat layak pakai. Daripada beli baju baru, saya lebih senang menerima baju bekas. Hahah. Hitung-hitungan menghemat, yekan. #emakirits
Selain menghemat, menggunakan/membeli baju bekas itu ternyata bisa menjaga lingkungan lho. Kebayangkan berapa banyak pewarna kimia yang digunakan oleh pabrik konveksi untuk membuat kain. Berapa banyak pakaian bekas yang dibuang dan bertumpuk tanpa bisa diurai kembali? Dan pernah ga sih kalian melihat wanita-wanita yang dipekerjakan dengan gaji yang sangat minim untuk menjahit baju baru yang kita pakai?
Berbicara tentang pakaian bekas, berapa waktu lalu, saya terhenyak saat membaca status facebook seorang teman. Di media sosialnya, sang teman menuliskan tentang alasan ia tetap percaya diri menggunakan kerudung yang sama sejak zaman SMA. Ia juga tidak malu jika diberikan baju bekas untuk anaknya.
Pakai kerudung yang sama dari jaman SMA. Entah udh beberapa kali dimarahin, tapi ak merasa bahwa kalau pakaian masih bisa dipakai, kenapa harus ganti.
Itu kenapa saya beli baju bekas untuk Ayyash dan nerima baju bekas dari teman-teman untuk Ayyash. Gak malu, dlien?
Enggak dong, biar Ayyash paham bahwa ada hal-hal yang lebih urgent dibandingkan fashion.
Begitu tulis teman saya, Atrasina Adlien, seorang travel blogger di laman Facebooknya diikuti dengan puluhan foto dan screen capture dampak dari meningkatnya produksi pakaian baru.
Saya pun menelusuri dampak dari tingginya produksi dan konsumsi pakaian lewat mbah Google. Mata saya pun terbuka, ternyata dampak dari OOTD (outfit of the day), sebuah hastag yang sangat populer di instagram yang membuat banyak orang yang menggilai mix and match pakaian, satu pakaian dirasa tidak cukup untuk keperluan feed yang ciamik. Walhasil, trend tersebut berujung pada meningkatnya konsumsi fashion. Akibatnya, produsen pun memanfaatkan situasi ini untuk memproduksi pakaian-pakaian yang trendy. Namun, dibalik meningkatnya produksi dan konsumsi terhadap pakaian, ternyata terdapat eksploitasi besar-besaran terhadap perempuan dan lingkungan.
Setelah membaca akan dampak pakaian bagi lingkungan, mata dan pikiran saya pun terbuka. Mengapa kita kita harus malu menggunakan pakaian bekas? Toh, tidak selamanya yang bekas itu tidak layak. Banyak sekali barang-barang preloved yang masih layak pakai, masih baru, dan limited edition. Tidak hanya itu, membeli pakaian bekas, ternyata banyak sekali manfaatnya.
Berikut saya rangkum manfaat dari membeli pakaian bekas.
Daftar Isi
5 Alasan Membeli Pakaian Bekas itu Penting:
-
Ramah Lingkungan
Industri fashion terutama fast fashion menjadi salah satu penyebab terbesar polusi limbah fashion yang dapat merusak lingkungan, seperti polusi air, tanah, maupun penghasil gas emisi rumah kaca yang dapat menyebabkan climate change (perubahan iklim).
Industri fast fashion biasanya menggunakan pewarna tekstil yang murah dan berbahaya, sehingga dapat menyebabkan pencemaran air dan beresiko terhadap kesehatan manusia. Poliester adalah salah satu bahan baku yang banyak digunakan industri fast fashion yang berasal dari bahan baku fosil, sehingga saat dicuci akan menimbulkan serat mikro yang meningkatkan jumlah sampah plastik.
Bahan katun yang digunakan biasanya dicampur dengan air dan pestisida dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga membahayakan para pekerja dan meningkatkan resiko kekeringan, menciptakan tekanan besar pada sumber air, menurunkan kualitas tanah, serta berbagai masalah lingkungan lainnya.
Oleh karena itu, dengan membeli barang bekas, maka secara tidak langsung, kita turut berpartisipasi mengurangi pencemaran akibat produksi barang-barang baru. Tidak hanya itu, menggunakan barang bekas berarti kita menggunakan barang kembali (re-use). Dengan begitu, kita bisa mencegah barang tersebut menjadi sampah yang bisa mencemari lingkungan.
-
Harga Lebih Murah
Jika ditanya alasan kenapa orang-orang lebih suka membeli barang bekas, yang paling utama tentu soal harga. Yup, harga barang preloved selalu dibanderol dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga barang baru di toko. Kita bisa mendapatkan produk fashion yang masih bagus dari brand ternama dengan harga yang enggak menguras tabungan.
-
Bisa mendapatkan barang berkualitas dan branded
Biasanya barang preloved itu kualitasnya masih bagus dan berfungsi dengan baik. Enggak jarang, kita bisa mendapatkan barang yang masih baru atau belum pernah dipakai oleh pemiliknya. Kadang karena bajunya kebesarana atau kekecilan, sehingga sang empunya menjualnya kembali.
Tidak jarang juga barang-barang yang dijual adalah barang bekas yang bermerk. Nah, seringnya barang-barang branded ini sifatnya awet, lho. Jadi, dengan membeli barang branded yang preloved, kita bisa memiliki barang berkualitas tinggi dengan harga yang jauh lebih murah.
-
Mudah didapatkan
Dulu, jika ingin membeli barang-barang preloved yang bermerk, kita harus pergi langsung ke pasar pakaian bekas. Terkadang itu sangat merepotkan. Namun, itu enggak berlaku di era teknologi yang semakin canggih saat ini. Sekarang mendapatkan barang bekas bukanlah hal yang sulit. Banyak sekali toko online atau marketplace yang menjual aneka barang bekas.
Selain berjualan di marketplace, enggak sedikit juga yang menjajakan barang bekasnya lewat media sosial seperti instagram atau facebook. Contohnya toko @barkasbranded yang menjual aneka fashion preloved di instagram.
-
Ikut Membantu Pelaku Usaha Kecil
Dengan membeli barang-barang preloved, kita telah ikut membantu usaha kecil di sekitar kita. Dari pada membantu perusahaan besar menghasilkan lebih banyak uang, bukankah lebih baik mendukung bisnis yang mendaur ulang barang-barang bekas yang masih bisa digunakan? Usaha kecil dan menengah perlu didukung jika kita menginginkan pertumbuhan di bidang sektor ekonomi.
Kenalan dengan Barkas Branded
Di setiap daerah di Indonesia pasti ada yang menjual barang-barang bekas baik secara online atau offline. Kalau di Banda Aceh, saya sering melewati pasar yang menjual pakaian bekas di seputaran Pasar Aceh. Namun, ternyata ada juga lho warga Aceh yang menjual fashion preloved secara online. Nama tokonya adalah Barkas Branded. Kebetulan saya memiliki kesempatan untuk bertanya-tanya langsung tentang usaha penjualan fashion bekas langsung kepada penjualnya.
Menurut Azhar, pemilik Barkas Branded, asal muasal lelaki yang saat ini berdomisili di Peusangan, Bireuen menjual barang bekas branded adalah dari hobinya membeli barang preloved.
“Pada tahun 2015 – 2016, saya sering hunting barang/pakaian bekas dari thriftshop online untuk pemakaian pribadi. Akhirnya banyak yang menumpuk dan tidak terpakai. Jadinya, di tahun 2017 saya punya inisiatif untuk menjual kembali barang-barang tersebut secara online,” jelasnya.
Selain menjual barang miliknya yang tidak terpakai, Azhar juga mulai menghunting barang bekas di pasar dan dari marketplace dalam dan luar negeri pada saat ada diskon. “dulu hingga akhir 2019 kalau saya salah, pembelian dibawah 100 USD dari luar negeri tidak dikenakan pajak, tapi untuk saat ini minimal 10 USD sudah dikenakan pajak sehingga sulit untuk dapetin barang sale dari luar negeri.”
Azhar juga memanfaatkan momen-momen tertentu seperti pameran pakaian bekas secara online untuk menambah koleksi barang yang ia jual.
Pembeli barang bekas branded yang dijual di Brakas Branded juga berasal dari golongan bawah sampai ke atas. Azhar menegaskan bahwa yang perlu digarisbawahi adalah sebagian dari sebagian dari buyer itu bukannya tidak mampu untuk membeli produk baru, tetapi adakalanya produk yang mereka inginkan tidak tersedia lagi dipasaran, misal produk vintage edisi lama yang hanya bisa mereka melalui thrift shop.
“Konsumen saya sendiri beragam mulai dari pelajar mahasiswa, pegawai swasta, wiraswasta, PNS, artis, selebgram, pegawai bea cukai, polisi, TNI bahkan juga saya pernah dpt orderan yg dikirim ke kantor dirjen. Ada juga langganan dosen yg sudah bergelar doktor. Saya juga sering mengirim ke luar negeri.”
Mudahnya Menjadi Member JLC
Untuk memudahkan pengiriman produk ke pelanggan, Azhar juga menjadi anggota JNE Loyalty Card (JLC). JNE Loyalty Card (JLC) merupakan program keanggotaan yang ditujukan kepada pelanggan setia JNE. Pemegang JLC akan mendapatkan berbagai keuntungan seperti kecepatan layanan, potongan harga pada saat periode promo, dan hadiah undian yang sangat menarik.
“Sebagai penjual online, menjadi anggota JLC itu sangat menguntungkan. Salah satunya adalah kita bisa mendapatkan nomor resi JNE dengan cepat. Sehingga kita bisa langsung meng-input nomor tersebut di marketplace atau kita berikan kepada pelanggan,” jelas Azhar.
Selain itu, menurut Azhar, dengan menjadi member JLC ia juga bisa mendapatkan reward point yang bisa ditukarkan dengan hadiah atau diskon khusus di berbagai merchant. Pendaftaran JLC juga gratis, bebas biaya bulanan dan sangat mudah. Untuk bergabung dalam program JNE Loyalty Card, pelanggan hanya perlu mengisi formulir secara online di situs resmi JLC (jlc.jne.co.id), lalu ikuti petunjuk yang tersedia.
Tips Membeli Pakaian Preloved Online
Diakhir wawancara Azhar memberikan tips untuk kita yang ingin membeli barang bekas secara online.
“Biasanya trend dari tahun ke tahun berbeda, jadinya kita harus mengikuti alur. Kalau hunting secara online harus lebih teliti dalam bertanya dan meminta detil ukuran serta foto-foto barang yang ingin dibeli, agar sesuai dg keinginan. Kalau hunting dipasar lebih mudah karena langsung melihat produk, jadinya lebih mudah menyortir barang.”
Bagaimana? Masih malu menggunakan pakaian bekas? Udah enggak zamannya lagi ya teman-teman. Yuk, kita jaga lingkungan kita dengan membeli barang bakas.
Sintia Astarina says
Terima kasih informasinya, Mbak. This is such an interesting idea!
Liza Fathia says
sama-sama mbak sintia